Falsafah Perubahan Di Balik Kisah Tembok Berlin
Tembok berlin. Ya tembok yang membentang membelah
negara Jerman pada waktu itu. Tembok Berlin bukanlah tembok biasa yang sengaja
dibuat untuk membuat sesuatu yang sensasional.
Tapi tembok Berlin merupakan suatu tembok yang didalamnya terdapat harapan dunia, terdapat perubahan besar yang membawa kita pada era globalisasi. Lalu kenapa dan apa sabab musabab nya Tmbok Berkin itu dibangun?
Tapi tembok Berlin merupakan suatu tembok yang didalamnya terdapat harapan dunia, terdapat perubahan besar yang membawa kita pada era globalisasi. Lalu kenapa dan apa sabab musabab nya Tmbok Berkin itu dibangun?
Semua dimulai sejak tahun 1945, saat Indonesia
merdeka dan perang dunia II telah berakhir, lalu kemudian kekuatan dunia
terbelah menjadi dua bagian. Ada Blok Barat dan ada Blok Timur. Blok Barat yang
dipimpin oleh Amerika Serikat dengan bermacam kekuatannya menamakan blok nya
sebagai blok NATO. Blok Timur yang dipimpin langsung oleh Uni Soviet dengan
kekuatannya disebut dengan Pakta Warsawa.
Kedua blok ini memiliki pondasi berfikir yang sangat
berbeda. NATO dengan kekuatan demokrasi, pasar dan korporasi yang kuat serta
ditambah dengan pendekatan transparansi disana. Pakta Warsawa yang fondasi
dasarnya adalah komunisme, sentralisasi, pemerintahan yang otoritarian dan
dasar nya adalah kekuatan para buruh.
Meskipun perang fisik telah berakhir dengan ditandai
berakhirnya Perang Dunia II, tetapi pertempuran antara Amerika Serikat dengan
Uni Soviet masih berlangsung. Pertempuran ini dinamai dengan Perang Dingin.
Mereka masing-masing bertempur secara diam-diam, saling mengintimidasi satu
sama lain, saling menunjukan kekuatan didepan publik, memamerkan teknologi yang
canggih dan sebagainya.
Puncak dari perang dingin itu adalah ketika Uni
Soviet membangun sebuah tembok yang memisahkan antara Jerman Barat dengan
Jerman Timur. Tembok yang dibangun dengan tinggi dua kali lipat dari tinggi
manusia, mencapai 4 meter, yang kemudian memecah Jerman dengan tembok ini
sepanjang 155 kilometer serta tidak lupa dijaga oleh 300 tower yang berisi
tentara Uni Soviet serta anjing-anjing pelacak. Tentu hal ini merupakan bencana
yang dialami oleh warga Jerman itu sendiri,yang dulunya mereka bertetangga,
bersaudara dan rumahnya bersebelahan kini dipisahkan oleh tembok nan kokoh ini.
Tidak sedikit warga Jerman Timur yang hendak
melewati tembok itu, ada yang berhasil dan ada yang tidak. Berbagai cara telah
dilakukan, mulai dari memanjat langsung keatas temboknya, karena ada beberapa
celah yang tinggi temboknya hanya 2 meter. Lalu ada yang menggunakan balon
udara untuk melintasi tembok itu melintasi langit, kalau tidak ketahuan oelh
tentara Uni Soviet maka ia selamat, tapi kalau ketauan maka ia akan ditembaki
sampai jatuh. Selanjutnya ada yang menggunakan terowongan (Tunnel),mereka
menggali dari Jerman Timur hingga tembus ke Jerman Barat, dan yang terakhir ada
yang menggunakan Truk untuk menerobos tembok dengan menbarak secara keras
tembok tersebut.
Tapi sekarang kita lihat, hari ini tepatnya pada
tahun 2015. Masih adakah tembok Berlin yang dulu dibangun oleh Uni Soviet?
Jelas sekarang sudah tidak ada lagi jejak dari keberadaan tembok itu. Kemana
perginya? Apa yang menyebabkan tembok itu tidak ada?
Ada tiga hal yang menyebabkan tembok Berlin itu
akhirnya dihancurkan oleh warga Jerman pada saat itu. Pertama, KEJENUHAN. Ya siapa yang tak jenuh dengan
perang dingin yang berlangsung selama lebih dari 25 tahun lamanya. Perang yang
sangat mengahantui seluruh penduduk bumi, karena bisa memicu perang nuklir yang
sama-sama kita tahu dampak kerusakannya. Kedua, PERUBAHAN KEPEMIMPINAN. Pada
saat itu ada beberapa pemimpin yang sangat mempengaruhi dunia dan sebagai aktor
perubahan.
Pertama ada Ronald Reagan, seorang presiden Amerika
yang merupakan seorang mantan aktor holywood. Reagan melakukan transformasi
besar-besaran di Amerika Serikat. Lalu diikuti oleh rekannya yaitu Margaret
Thatcher dari Inggris yang merupakan wanita pertama yang pernah menduduki
posisi perdana menteri di Inggris.
Pemimpin yang sangat berpengaruh pada saat itu
berasal dari Uni Soviet itu sendiri, yaitu Michael Gorbachev. Seorang pemimpin
yang mempunyai hati nurani dan dikenal sebagai tokoh perubahan besar. Ia
memiliki konsep yang dinamakan Glasnost dan Perestroika. Glasnost sendiri
merupakan istilah yang sudah lama dikenal oleh masyarakat Uni Soviet, yang
mempunyai arti KETERBUKAAN. Dan perestroika yang berarti transparansi. Makna
gabungannya yaitu transparansi, keterbukaan, demokrasi kemudian juga menghapuskan
korupsi dan menjadikan Rusia sebuah negara yang lebih bermanfaat dan lebih
sejahtera.
Ronald Reagan pun tak mau ketinggalan peran, ia
sempat berpidato didekat tembok Berlin. Kata-kata yang terucap pada saat ia
berpidato sangat terkenal dan sering dikutip oleh para peneliti. Ia berkata “If
you seek liberization, come here to this gate. Mr. Gorbachev, open this gate.
Mr Gorbachev, tear down this wall!! Turn Down The Wall!! “. Kata-kata ini
kemudian membakar semangat masyarakat Jerman untuk bersegera merobohkan tembok
itu. Tak lama setelah itu, dilanjutkan dengan peristiwa penandatanganan pelucutan
senjata nuklir antara NATO dengan Pakta Warsawa. Yang mengakibatkan ketegangan
kedua pihak agak mereda pada saat itu.
Rentetan peristiwa itulah yang akhirnya menyebabkan
reunifikasi (Penyatuan) antara Jerman Barat dan Timur bisa terlaksana. Dimulai
ketika juru bicara partai komunis Jerman Timur menyampaikan bahwasanya pintu
Tembok Berlin boleh dibuka. Terjadilah sebuah pesta besar. Sebuah pesta yang
terjadi pada tahun 1989, dikenal sebagai The Greatest Street Party In History
of the World. Pesta jalanan yang dihadiri oleh 2 juta orang. Mereka membawa
palu dan alat peralatan yang akan digunakan untuk menghancurkan tembok itu.
Akhirnya tembok itu runtuh dan Jerman resmi bersatu.
Dari peristiwa ini, kita bisa mengambil beberapa pelajaran didalamnya.
Bahwasanya dalam membuat suatu perubahan itu tidak mudah dan dipenuhi dengan
rintangan serta jalan yang terjal. Dibutuhkan orang yang mempunyai semangat
kuat, tekad baja dan mempunyai nilai-nilai ketuhanan yang bisa memimpin
perubahan ini. Yang pasti tidak mudah menyerah dengan segala tantangan dan
rintangan yang ada. Tetap teguh meski banyak yang menolak usulan perubahan,
banyak yang menganggap itu hanya khayalan semata dan segala macamnya. Itulah
yang harus kita hadapi untuk menyongsong suatu perubahan.
Sumber : IndonesiaX, Rhenald Kasali (Rumah
Perubahan). Change Management.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar